Cinta memang harus diungkapkan karena tidak pernah ada cinta yang disembunyikan, kecuali oleh seseorang yang terlalu mencinta. –5 cm
***
Seperti déja vu. Terulang kembali peristiwa yang perlahan berhasil ia lupakan. Peristiwa yang membuatnya galau berbulan-bulan. Peristiwa yang membuatnya dijauhi sahabatnya.
Ia menyukai cowok yang disukai sahabatnya.
Dan ketika ia berhasil melupakan sedikit demi sedikit segala tentang cowok itu, seseorang di masa lalunya hadir. Mengoyak luka perih yang dibuatnya.
***
Sivia sedang asyik mendengarkan lagu melalui earphone-nya saat sahabatnya memasuki kelas dengan wajah berbinar-binar. Tapi karena ia tidak melihat kehadiran sahabatnya itu, Sivia tetap santai sambil mengunyah keripik kentang yang tadi dibelinya di kantin.
"Vi, tadi gue disapa sama Gabriel, kyaaa..!" Sahabatnya itu memulai sesi curhat.
Sivia langsung tersedak saat mendengar ucapan cewek di sebelahnya. Setelah menenggak air minum yang dibawanya, Sivia melepaskan earphone-nya dan menatap ke sahabatnya.
"Gabriel... nyapa elo?" tanya Sivia ragu-ragu.
Cewek itu mengangguk dengan wajah yang jelas terlihat senang. "Iyaa! Duh, mana tadi dia senyum ke gue! Ya ampun, gantengggg bangetttt!"
Sivia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Halah, lebay banget lo hahaha," Bagi Sivia, tawanya itu terdengar sangat hambar. Dan Sivia hanya bisa berdoa semoga Ify tak merasakannya.
"Bodo amat! Yang penting Gabriel ganteng! Haha," sahut Ify sama sekali nggak nyambung.
Sivia cuma tersenyum tipis. Ya, dia juga mengakui kok kalau Gabriel emang ganteng.
***
Ify gusar menunggu angkot yang tak kunjung datang. Bolak-balik lihat jam sama jalan secara bergantian. Hari semakin sore tapi Ify belum juga pergi dari halte. Gara-gara Mang Udin nggak bisa jemput nih! gerutu Ify dalam hati.
Sebenarnya tadi Ify mau nebeng Sivia, tapi gara-gara Sivia punya keperluan yang nggak bisa ditunda, dia jadi nggak enak mau nebeng. Rumah mereka beda jalur, jadi nggak mau makin ngrepotin Sivia. Tapi hasilnya? Jarum jam tangannya sudah hampir menunjukkan pukul lima tepat tetap saja tak ada angkot yang lewat. Rese!
"Loh? Ify? Belum pulang? Nunggu siapa?"
Saking terkejutnya, Ify langsung menoleh. Oh my God, apa dia nggak mimpi?
"Eh emmm, belum. Nunggu angkot, sih.." jawab Ify terbatah.
Cowok yang menyapanya tadi mengangkat alis. "Angkot? Jam segini udah nggak ada yang lewat sini loh, Fy.." Cengiran lebar terpetak di wajahnya.
Ify langsung panik. Baru sadar kalau jam segitu angkot udah pada balik ke sarangnya. "Yah, trus gue naik apaan dong? Masa iya harus jalan kaki sampe rumah? Aduuuh..."
Cowok tadi tersenyum melihat tingkah Ify. "Mau bareng gue aja? Kebetulan kan searah."
Mata Ify langsung terbelalak tak percaya. "Hah? Serius? Nggak apa-apa?" Sinar kebahagiaan jelas terpancar dari wajah ayunya.
"Iya nggak apa-apa lah.. Tapi gue ngambil motor dulu, ya?"
Ify mengangguk cepat, tak bisa menyembunyikan senyumnya. Bahkan ia terus memperhatikan cowok itu sampai kembali masuk kawasan sekolah untuk mengambil motornya. Dan ketika cowok itu menghampiri Ify, Ify langsung naik ke boncengan.
"Sori ya, Fy, kalo gue keringetan. Tapi gue nggak bau kok. Haha.." Setelah berucap demikian cowok itu melajukan Cagiva merahnya.
Ify cuma geleng-geleng. Cowok ini emang nggak bau, wangi maskulinnya malah lebih wangi dari parfum yang katanya bikin bidadari lupa diri itu. Hah, lama-lama di belakang cowok ini. Kalau bisa, rumahnya pindah ke Amerika, sana!
Tapi, tanpa disadari keduanya, ada seseorang yang memerhatikan mereka. Menatap mereka dengan penuh keirian.
***
Sivia sedang menatap layar komputernya yang menunjukkan foto-foto saat ia masih SMP ketika mendapati ponselnya berdering nyaring.
1 new message
From: Ipoonggg
Cewek itu menghela napas saat mengetahui si pengirim pesan. Pasti mau bahas Gabriel! batinnya sarkatis. Segera dibukanya pesan itu.
Td gw dianter pulang sm gabriel ! :D
Sivia mengangkat kedua alisnya. Tuhkan bener! Dengan cepat jari-jarinya menekan keypad ponselnya, menulis balasan.
To: Ipoonggg
Serius? Sampe rmh? Trus gmn?
From: Ipoonggg
Iyalah, ms sampe tikungan sblh sekolah doang?--"
Gak gmn2 sih, tp kan gue seneng bgt viiii xD
To: Ipoonggg
Yes besok gue dpt traktiran :O
From: Ipoonggg
Traktiran pala lo peyang? Ngpain traktiran sgala, kan cuma dianterin plg. Tar kalo jadian baru lo gw traktir! *amin* :p
Sivia merasa ada yang membuatnya tak nyaman saat membaca balasan dari Ify itu. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja dia mendukung percintaan sahabatnya. Tapi sebagai seorang cewek? Pasti gara-gara gue jomblo nih! Makanya sirik. Sivia berusaha meyakinkan hatinya supaya berpikiran positif saja. Nggak baik mikir negatif mulu. Dosa.
To: Ipoonggg
Iyadeh dtunggu :p
From: Ipoonggg
Hahaha. Untung yah vi, td gw gak jd bareng lo x)
"Nggak, Fy. Kenapa tadi lo nggak bareng gue aja?" lirih Sivia. Dia buru-buru mematikan komputer saat layarnya menampilkan wajah seseorang. Seseorang yang benar-benar ingin dilupakannya.
***
"Saya Mario Stevano Aditya, pindahan dari Surabaya..."
Kelanjutan kalimat cowok yang berdiri di depan kelas itu tidak dipedulikan oleh para cewek yang melongo ngeliatin dia. Apalagi cowok itu menyunggingkan senyumnya yang membuat para cewek jejeritan nggak jelas. Dan hal itu sukses membuat Gabriel risih.
Tapi berhubung cowok tadi adalah teman masa kecilnya, Gabriel cuma bisa geleng-geleng kepala. Dari dulu, si Rio emang gampang banget terkenal gara-gara mukanya yang bisa dibilang di atas standar–sesama cowok masa bilang ganteng? Gengsi dong!–dan beberapa bakatnya yang menawan. Pokoknya tipe-tipe ideal para cewek ada di Rio deh. Biarpun nggak semuanya, paling nggak ada beberapa laah..
"Jadi juga lo pindah ke sini," ucap Gabriel saat Rio duduk di sebelahnya. Tadi Bu Tri memang menyuruh Rio duduk satu bangku dengan Gabriel.
Rio cuma nyengir. "Iya, dong. Kan lo yang nyuruh gue sekolah di sini."
Gabriel manggut-manggut. "Eh gue kan cuman nyaranin, nggak nyuruh,"
"Ya sama aja, Yel. Kata lo ceweknya cantik-cantik sih makanya gue mau sekolah di sini."
Keduanya cekikikan bersama, lalu langsung diam saat Bu Tri menatap tajam ke arah mereka.
"Ntar lo gue kasih liat cewek inceran gue, deh. Cakep banget pokoknya!" bisik Gabriel.
***
Rio cuma bisa terdiam melihat cewek yang ditunjuk Gabriel. Pikirannya seakan melayang ke peristiwa dua tahun lalu...
Rio bisa melihat sinar kepedihan di mata cewek itu saat ia mengatakan kalau sudah berpacaran dengan Dea–sesuai permintaan cewek itu. Tapi sinar itu seakan bisa ditutupi dengan senyumnya yang tulus. Tapi tetap saja seperti kaca yang tak bisa menutupi pemandangan di baliknya.
"Long last ya, Yo.."
Rio masih mengingat ucapan itu. Ucapan yang disampaikan dengan menahan suara agar tak terdengar parau. Ucapan yang membuatnya semakin merasa tak bisa berbuat apa-apa saat itu. Dan sepertinya Rio bisa melihat sinar yang sama sekarang. Sinar yang ditunjukkannya saat menatap cewek lain yang kemungkinan adalah sahabatnya.
Rio menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan kencang.
"Dia cantik kan, Yo?" tanya Gabriel sambil cengengesan.
"Hah?" Rio menoleh pada Gabriel, lalu kembali menatap cewek tadi. "Iya, cantik, manis pula."
***
Ify mengerutkan dahi heran saat melihat Sivia menatap ke arah kelas Gabriel dan kebingungan. Ify pun mengikuti arah pandang Sivia. Di sana ada Gabriel dan seorang cowok yang berdiri membelakangi mereka. Ify pun tersenyum ke arah Gabriel dan langsung dibalas oleh cowok itu.
"Gabriel daritadi meratiin gue ya, Vi?" tanya Ify setelah mereka menyingkir dari tempat tadi.
Sivia mengangkat bahu. "Maybe.."
"Kayaknya sih iya! Abis tadi gue senyum ke dia trus langsung dibales senyum sama dia, hihi.."
"Gue kok penasaran sama cowok yang sama dia tadi ya, Fy? Kira-kira lo kenal nggak?"
"Kenapa? Lo naksir, ya? Hayooo..."
Sivia buru-buru menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Nggak, lah.. Kasih tau gue cowok tadi siapa.."
"Kalo nggak Dayat yaa Ray.. Abis temen akrabnya Gabriel kan itu.."
"Kalo Ray jelas nggak mungkin lah, Fy. Tuh cowok kan rambutnya gondrong, sementara cowok tadi cepak. Kalo Dayat, kok kayaknya cowok tadi lebih kurus, ya?"
"Entahlah, Vi.. Emang kenapa, sih?"
"Nggak apa-apa. Kayaknya gue kenal aja sama tu cowok. Tapi nggak tau juga, ding."
***
Sivia tersenyum sambil melambaikan tangan saat Ify memasuki mobil jemputannya. Sivia merasa lega. Paling nggak, siang itu Ify nggak harus bareng Gabriel. Hihi.
Cewek itu pun bersiap meng-gas motornya, namun terhenti saat sebuah motor menghalangi jalannya. Tombol klakson pun dipencet bolak-balik sama Sivia sampai akhirnya motor itu pergi.
Tapi saat bersiap meng-gas motornya untuk kedua kalinya, Sivia kembali mengurungkan niatnya. Dia melihat cowok itu! Walaupun dari belakang, tapi Sivia yakin kalau yang dilihatnya saat ini adalah cowok yang tadi berdiri di sebelah Gabriel dan membelakanginya, karena posturnya sama. Sama-sama kurus.
Dada Sivia serasa berdesir halus. Entah apa yang mengusiknya, tapi dia merasakan tak nyaman. Seakan-akan dikarenakan cowok yang kali ini membelakanginya lagi. Tapi Sivia tak pernah merasakan desiran seperti ini pada cowok selain Gabriel dan...
Rio.
###
Aduh garing, ya? x_x
Komen jujur ajadeh yaa :3
Eh kalo komen bisa dimana-mana kok! Di kotak komen di bawah ini bisa, YM bisa, Facebook bisa, Twitter bisa, SMS bisa ._.
Kalo mau lanjut bilang lewat facebook aja ya :)
Oke, makasih, wassalam ^^
@rialohasarap
***
Seperti déja vu. Terulang kembali peristiwa yang perlahan berhasil ia lupakan. Peristiwa yang membuatnya galau berbulan-bulan. Peristiwa yang membuatnya dijauhi sahabatnya.
Ia menyukai cowok yang disukai sahabatnya.
Dan ketika ia berhasil melupakan sedikit demi sedikit segala tentang cowok itu, seseorang di masa lalunya hadir. Mengoyak luka perih yang dibuatnya.
***
Sivia sedang asyik mendengarkan lagu melalui earphone-nya saat sahabatnya memasuki kelas dengan wajah berbinar-binar. Tapi karena ia tidak melihat kehadiran sahabatnya itu, Sivia tetap santai sambil mengunyah keripik kentang yang tadi dibelinya di kantin.
"Vi, tadi gue disapa sama Gabriel, kyaaa..!" Sahabatnya itu memulai sesi curhat.
Sivia langsung tersedak saat mendengar ucapan cewek di sebelahnya. Setelah menenggak air minum yang dibawanya, Sivia melepaskan earphone-nya dan menatap ke sahabatnya.
"Gabriel... nyapa elo?" tanya Sivia ragu-ragu.
Cewek itu mengangguk dengan wajah yang jelas terlihat senang. "Iyaa! Duh, mana tadi dia senyum ke gue! Ya ampun, gantengggg bangetttt!"
Sivia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Halah, lebay banget lo hahaha," Bagi Sivia, tawanya itu terdengar sangat hambar. Dan Sivia hanya bisa berdoa semoga Ify tak merasakannya.
"Bodo amat! Yang penting Gabriel ganteng! Haha," sahut Ify sama sekali nggak nyambung.
Sivia cuma tersenyum tipis. Ya, dia juga mengakui kok kalau Gabriel emang ganteng.
***
Ify gusar menunggu angkot yang tak kunjung datang. Bolak-balik lihat jam sama jalan secara bergantian. Hari semakin sore tapi Ify belum juga pergi dari halte. Gara-gara Mang Udin nggak bisa jemput nih! gerutu Ify dalam hati.
Sebenarnya tadi Ify mau nebeng Sivia, tapi gara-gara Sivia punya keperluan yang nggak bisa ditunda, dia jadi nggak enak mau nebeng. Rumah mereka beda jalur, jadi nggak mau makin ngrepotin Sivia. Tapi hasilnya? Jarum jam tangannya sudah hampir menunjukkan pukul lima tepat tetap saja tak ada angkot yang lewat. Rese!
"Loh? Ify? Belum pulang? Nunggu siapa?"
Saking terkejutnya, Ify langsung menoleh. Oh my God, apa dia nggak mimpi?
"Eh emmm, belum. Nunggu angkot, sih.." jawab Ify terbatah.
Cowok yang menyapanya tadi mengangkat alis. "Angkot? Jam segini udah nggak ada yang lewat sini loh, Fy.." Cengiran lebar terpetak di wajahnya.
Ify langsung panik. Baru sadar kalau jam segitu angkot udah pada balik ke sarangnya. "Yah, trus gue naik apaan dong? Masa iya harus jalan kaki sampe rumah? Aduuuh..."
Cowok tadi tersenyum melihat tingkah Ify. "Mau bareng gue aja? Kebetulan kan searah."
Mata Ify langsung terbelalak tak percaya. "Hah? Serius? Nggak apa-apa?" Sinar kebahagiaan jelas terpancar dari wajah ayunya.
"Iya nggak apa-apa lah.. Tapi gue ngambil motor dulu, ya?"
Ify mengangguk cepat, tak bisa menyembunyikan senyumnya. Bahkan ia terus memperhatikan cowok itu sampai kembali masuk kawasan sekolah untuk mengambil motornya. Dan ketika cowok itu menghampiri Ify, Ify langsung naik ke boncengan.
"Sori ya, Fy, kalo gue keringetan. Tapi gue nggak bau kok. Haha.." Setelah berucap demikian cowok itu melajukan Cagiva merahnya.
Ify cuma geleng-geleng. Cowok ini emang nggak bau, wangi maskulinnya malah lebih wangi dari parfum yang katanya bikin bidadari lupa diri itu. Hah, lama-lama di belakang cowok ini. Kalau bisa, rumahnya pindah ke Amerika, sana!
Tapi, tanpa disadari keduanya, ada seseorang yang memerhatikan mereka. Menatap mereka dengan penuh keirian.
***
Sivia sedang menatap layar komputernya yang menunjukkan foto-foto saat ia masih SMP ketika mendapati ponselnya berdering nyaring.
1 new message
From: Ipoonggg
Cewek itu menghela napas saat mengetahui si pengirim pesan. Pasti mau bahas Gabriel! batinnya sarkatis. Segera dibukanya pesan itu.
Td gw dianter pulang sm gabriel ! :D
Sivia mengangkat kedua alisnya. Tuhkan bener! Dengan cepat jari-jarinya menekan keypad ponselnya, menulis balasan.
To: Ipoonggg
Serius? Sampe rmh? Trus gmn?
From: Ipoonggg
Iyalah, ms sampe tikungan sblh sekolah doang?--"
Gak gmn2 sih, tp kan gue seneng bgt viiii xD
To: Ipoonggg
Yes besok gue dpt traktiran :O
From: Ipoonggg
Traktiran pala lo peyang? Ngpain traktiran sgala, kan cuma dianterin plg. Tar kalo jadian baru lo gw traktir! *amin* :p
Sivia merasa ada yang membuatnya tak nyaman saat membaca balasan dari Ify itu. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja dia mendukung percintaan sahabatnya. Tapi sebagai seorang cewek? Pasti gara-gara gue jomblo nih! Makanya sirik. Sivia berusaha meyakinkan hatinya supaya berpikiran positif saja. Nggak baik mikir negatif mulu. Dosa.
To: Ipoonggg
Iyadeh dtunggu :p
From: Ipoonggg
Hahaha. Untung yah vi, td gw gak jd bareng lo x)
"Nggak, Fy. Kenapa tadi lo nggak bareng gue aja?" lirih Sivia. Dia buru-buru mematikan komputer saat layarnya menampilkan wajah seseorang. Seseorang yang benar-benar ingin dilupakannya.
***
"Saya Mario Stevano Aditya, pindahan dari Surabaya..."
Kelanjutan kalimat cowok yang berdiri di depan kelas itu tidak dipedulikan oleh para cewek yang melongo ngeliatin dia. Apalagi cowok itu menyunggingkan senyumnya yang membuat para cewek jejeritan nggak jelas. Dan hal itu sukses membuat Gabriel risih.
Tapi berhubung cowok tadi adalah teman masa kecilnya, Gabriel cuma bisa geleng-geleng kepala. Dari dulu, si Rio emang gampang banget terkenal gara-gara mukanya yang bisa dibilang di atas standar–sesama cowok masa bilang ganteng? Gengsi dong!–dan beberapa bakatnya yang menawan. Pokoknya tipe-tipe ideal para cewek ada di Rio deh. Biarpun nggak semuanya, paling nggak ada beberapa laah..
"Jadi juga lo pindah ke sini," ucap Gabriel saat Rio duduk di sebelahnya. Tadi Bu Tri memang menyuruh Rio duduk satu bangku dengan Gabriel.
Rio cuma nyengir. "Iya, dong. Kan lo yang nyuruh gue sekolah di sini."
Gabriel manggut-manggut. "Eh gue kan cuman nyaranin, nggak nyuruh,"
"Ya sama aja, Yel. Kata lo ceweknya cantik-cantik sih makanya gue mau sekolah di sini."
Keduanya cekikikan bersama, lalu langsung diam saat Bu Tri menatap tajam ke arah mereka.
"Ntar lo gue kasih liat cewek inceran gue, deh. Cakep banget pokoknya!" bisik Gabriel.
***
Rio cuma bisa terdiam melihat cewek yang ditunjuk Gabriel. Pikirannya seakan melayang ke peristiwa dua tahun lalu...
Rio bisa melihat sinar kepedihan di mata cewek itu saat ia mengatakan kalau sudah berpacaran dengan Dea–sesuai permintaan cewek itu. Tapi sinar itu seakan bisa ditutupi dengan senyumnya yang tulus. Tapi tetap saja seperti kaca yang tak bisa menutupi pemandangan di baliknya.
"Long last ya, Yo.."
Rio masih mengingat ucapan itu. Ucapan yang disampaikan dengan menahan suara agar tak terdengar parau. Ucapan yang membuatnya semakin merasa tak bisa berbuat apa-apa saat itu. Dan sepertinya Rio bisa melihat sinar yang sama sekarang. Sinar yang ditunjukkannya saat menatap cewek lain yang kemungkinan adalah sahabatnya.
Rio menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan kencang.
"Dia cantik kan, Yo?" tanya Gabriel sambil cengengesan.
"Hah?" Rio menoleh pada Gabriel, lalu kembali menatap cewek tadi. "Iya, cantik, manis pula."
***
Ify mengerutkan dahi heran saat melihat Sivia menatap ke arah kelas Gabriel dan kebingungan. Ify pun mengikuti arah pandang Sivia. Di sana ada Gabriel dan seorang cowok yang berdiri membelakangi mereka. Ify pun tersenyum ke arah Gabriel dan langsung dibalas oleh cowok itu.
"Gabriel daritadi meratiin gue ya, Vi?" tanya Ify setelah mereka menyingkir dari tempat tadi.
Sivia mengangkat bahu. "Maybe.."
"Kayaknya sih iya! Abis tadi gue senyum ke dia trus langsung dibales senyum sama dia, hihi.."
"Gue kok penasaran sama cowok yang sama dia tadi ya, Fy? Kira-kira lo kenal nggak?"
"Kenapa? Lo naksir, ya? Hayooo..."
Sivia buru-buru menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Nggak, lah.. Kasih tau gue cowok tadi siapa.."
"Kalo nggak Dayat yaa Ray.. Abis temen akrabnya Gabriel kan itu.."
"Kalo Ray jelas nggak mungkin lah, Fy. Tuh cowok kan rambutnya gondrong, sementara cowok tadi cepak. Kalo Dayat, kok kayaknya cowok tadi lebih kurus, ya?"
"Entahlah, Vi.. Emang kenapa, sih?"
"Nggak apa-apa. Kayaknya gue kenal aja sama tu cowok. Tapi nggak tau juga, ding."
***
Sivia tersenyum sambil melambaikan tangan saat Ify memasuki mobil jemputannya. Sivia merasa lega. Paling nggak, siang itu Ify nggak harus bareng Gabriel. Hihi.
Cewek itu pun bersiap meng-gas motornya, namun terhenti saat sebuah motor menghalangi jalannya. Tombol klakson pun dipencet bolak-balik sama Sivia sampai akhirnya motor itu pergi.
Tapi saat bersiap meng-gas motornya untuk kedua kalinya, Sivia kembali mengurungkan niatnya. Dia melihat cowok itu! Walaupun dari belakang, tapi Sivia yakin kalau yang dilihatnya saat ini adalah cowok yang tadi berdiri di sebelah Gabriel dan membelakanginya, karena posturnya sama. Sama-sama kurus.
Dada Sivia serasa berdesir halus. Entah apa yang mengusiknya, tapi dia merasakan tak nyaman. Seakan-akan dikarenakan cowok yang kali ini membelakanginya lagi. Tapi Sivia tak pernah merasakan desiran seperti ini pada cowok selain Gabriel dan...
Rio.
###
Aduh garing, ya? x_x
Komen jujur ajadeh yaa :3
Eh kalo komen bisa dimana-mana kok! Di kotak komen di bawah ini bisa, YM bisa, Facebook bisa, Twitter bisa, SMS bisa ._.
Kalo mau lanjut bilang lewat facebook aja ya :)
Oke, makasih, wassalam ^^
@rialohasarap
0 komentar:
Posting Komentar