Kamis, Februari 16, 2012

Pentalogi 'Behind My Life' : Behind Ashilla's Life (Wish You Were Here)

Diposting oleh Ria Primadiharti di 10:42:00 AM 0 komentar
Hanya fiktif belaka. Tapi dibuat dengan harapan agar kalian menghargai perasaan mereka. Enjoy read :)

###

Shilla menghela napas panjang dan berat saat membaca salah satu dari puluhan–atau mungkin ratusan–mention yang masuk di akun twitter-nya. Membuat dadanya sesak. Bahkan matanya sudah mulai berkabut, ingin menumpahkan cairan bening. Tapi sedetik kemudian ia menguatkan hatinya. Ini bukan yang pertama baginya. Ia sudah sering menerima mention-mention 'mengerikan' sebelum ini.

"Shillaaa, cepetan ganti bajuuu, bentar lagi kita take!" Teriakan Sivia mengagetkannya. Dengan terburu-buru, Shilla mengambil baju yang sudah disediakan dan masuk ke ruang ganti.

Yah, sebagai seorang entertainer ia harus bersikap profesional. Tidak membawa masalah pribadi dalam pekerjaan.

***

Shilla merebahkan tubuhnya di kasur. Rasa lelah akibat syuting sinetron terbarunya–bersama BLINK–masih betah menggelayutinya. Saat ini, ia membutuhkan suara berat dan nge-bass yang dirindukannya. Cepat-cepat gadis itu meraih BlackBerry-nya dan mencari-cari nomor telepon yang dibutuhkannya.

Sedetik kemudian ia meloncat bangun dari tempat tidur. Panik. Kenapa nomor itu tidak ada? Ia tidak merasa pernah menghapus nomor cowok itu dari kontak teleponnya. Akhirnya ia memutuskan mencari satu per satu dari ratusan kontak di BlackBerry-nya. Saat menemukan nomor yang dicarinya, ia merasakan dingin menjalari tubuhnya.

Ia memang tidak menghapus nomor itu, hanya mengganti namanya. Yah, menggantinya menjadi The Ex. Satu keadaan yang membuat Shilla menyadari bahwa ia mungkin tidak akan pernah lagi mendengar suara berat itu bernyanyi untuknya.

Karena bosan–dan sedih, Shilla memutuskan meraih iPod-nya, memutar musik secara acak dan memejamkan matanya. Namun ketika memasuki lagu kedua, matanya langsung terbuka. Count on Me milik Bruno Mars yang di-cover oleh cowok itu langsung membuat Shilla merasakan sesak di dadanya. Lagi-lagi matanya berkabut. Setetes air mengalir dari sana, membuat Shilla langsung menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Bahunya bergetar.

Ia merindukan cowok itu.

Ia merindukan Cakka.

***

Menjalani hubungan selama lebih dari dua tahun tidak semudah kelihatannya. Apalagi long distance relationship seperti ini. Ada saja gosip miring yang membuat dua sejoli ini merasakan keraguan pada sang pasangan. Tapi mereka sudah bisa mengatasi soal gosip itu. Tapi ada masalah yang lebih berat dan sepertinya sulit untuk diselesaikan.

Apa yang bisa kaulakukan jika orangtua pasanganmu tidak menyukaimu?

Tentu saja kau hanya diam. Tapi diam bisa saja semakin memperkeruh suasana. Jadi, yang bisa kau lakukan hanyalan berjuang agar kau mendapat 'restu'.

Tapi, sekeras apa pun usaha Shilla, ia selalu salah di mata orangtua orang yang disayanginya. Shilla tahu, sampai kapan pun beliau tidak akan pernah menyukainya. Namun, ia dan Cakka tetap saja bersikeras mempertahankan hubungan mereka.

Tapi semuanya berakhir beberapa bulan yang lalu.


Seiring berjalannya waktu, Shilla akhirnya bisa sedikit demi sedikit melupakan mantan-kekasihnya itu. Yah, dengan terpaksa membencinya. Ia tidak bisa benar-benar membenci cowok itu. Bagaimana pun, cowok itu cinta pertamanya. Dan bukan kah cinta pertama itu sulit dilupakan? Entah akhirnya meninggalkan kebahagiaan atau sebaliknya.

***

Shilla memandangi bayangannya di cermin lalu mendecak sebal. Ia selalu bertanya-tanya, sebenarnya apa yang tak disukai orang-orang–terlebih para haters-nya–terhadap dirinya? Sebisa mungkin ia bersikap baik kepada semua orang. Menyapa para fans-nya, tersenyum ramah pada semua orang, misalnya.

Atau gaya berpakaiannya?

Yaa, ia pun mengakui kalau ia berpakaian 'sedikit terbuka' di tempat umum. Tapi apakah orang-orang itu tidak mengerti 'resiko pekerjaan'? Apakah kalau ia bukan 'artis' ia akan dikecam seperti itu? Hidup sebagai artis memang serba salah. Percayalah akan hal itu.

Atau cara bicaranya yang blak-blakan?

Kalau para haters-nya itu perempuan, seharusnya mereka mengerti. Bukankah perempuan suka bertindak out-of-control kalau sedang depresi? Oh, mungkin ia memang sedikit keterlaluan sewaktu menulis tweet tentang tips berdasarkan pengalamannya waktu itu, tapi ia pernah melihat seseorang sampai menyumpahi mantannya. Itu lebih kejam, bukan? Yah, lagi-lagi karena ia adalah artis. Sedikit saja kesalahannya, pasti digembor-gemborkan hingga akhirnya seluruh dunia tahu. Penting kah hal itu? Dari pada mengurusi kehidupan pribadinya, lebih baik orang-orang itu mengurusi kehidupan mereka sendiri–yang belum tentu lebih baik dari dirinya–kan?

Tenggorokan Shilla terasa tercekat. Tapi gadis itu segera menarik napas panjang dan mengembuskannya lewat mulut. Ia sudah bertahun-tahun hidup dengan ratusan–atau bahkan ribuan–orang yang membencinya, dan ia tak pernah terlalu tertekan. Jadi, ia pasti akan baik-baik saja.

***

Oh, damn.

Ternyata fans-nya juga tidak sepenuhnya menjaga nama baiknya.

Baru saja ada mention di akun twitter-nya. Mention pengaduan. Pengaduan dari salah satu anggota fansclub sahabatnya, Ify. Bocah itu mengadu tentang kelakuan beberapa fans-nya yang menjelek-jelekkan Ify.

Kenapa harus seperti ini? batinnya.

Shilla dan Ify adalah sahabat. Seharusnya para fans mereka juga bersahabat. Bukan saling menjelekkan seperti ini. Sadar kah mereka bahwa kelakuan mereka justru menambah beban pikiran Shilla?

Akhirnya ia memutuskan untuk meminta maaf kepada bocah itu. Atas nama Shivers.

***

"Fy, denger-denger lo dapet surat dari haters lo, ya?" tanya Pricilla di sela-sela latihan mereka sore itu.

Ify hanya menanggapi dengan tertawa.

Shilla jadi merasa tertarik dengan percakapan mereka. "Oh, ya? Suratnya gimana, Fy?" tanyanya.

Kali ini Ify tersenyum. "Dia cuma protes kok. Katanya anak IFC ngadu ke elo, kalo Shivers tu ngejelekin gue. Yah, gitu deh, Shil."

Shilla menghela napas panjang dan berat. "Sori ya, Fy. Gue berasa jadi nyokap yang nggak bisa ngedidik anak-anaknya dengan baik."

Ify masih tersenyum. "No problem, Shilla. Everything gonna be okay. Gue nggak terlalu mikirin kok. Gue juga minta maaf ya, kalo seandainya ada IFC yang jelekin elo.."

Shilla ikut tersenyum. Ia lalu memeluk Ify. Mengucapkan terima kasih.

"Kok malah pada pelukan, sih? Nggak usah dipikirin lah apa kata haters, soalnya apa aja yang kita lakuin pasti masalah buat mereka. Berasa penting banget ngurusin kehidupan kita, ya gak?" timpal Sivia yang disetujui oleh yang lain.

Sore itu pun mereka berlatih penuh tawa seperti biasa.


***





Cewek mana yang nggak nyesek kalau baca ulang kata-kata manis dari sang mantan?

Airmata itu kembali mengalir di wajah Shilla. Rasanya bosan juga kalau tiap malam harus menangis. Tapi mau bagaimana lagi? Semua kesesakan itu tak bisa lagi disimpannya. Semua kasih sayang, perhatian, hinaan, desakan, caci-maki, dan segala yang meresahkan hidupnya seakan-akan membuatnya tak bisa lagi terlihat biasa-biasa-saja. Ia hanya makhluk Tuhan yang lemah dan tak berdaya, yang tak bisa terus-terusan tabah menerima semua cobaan dari-Nya. Ia tak setegar kelihatannya.

Terkadang, memang terlintas pikiran untuk benar-benar menghilang. Tapi begitu mengingat ia masih bisa bertahan, pikiran itu ditendangnya jauh-jauh. Ia tak akan menyerah. Sekeras apa pun orang-orang menghujatnya, ia tetap akan diam. Percuma saja dilawan, mereka akan tambah senang.

Shilla masih mempunyai teman-teman yang menyayanginya, baik di sekolah maupun di BLINK. Oh, ya juga masih mempuyai SHIVERS. Ia percaya, Shivers tetap akan mendukungnya, bagaimana pun keadaannya.

Dan jika Shivers berharap dirinya terus berkarya dalam keadaan sepahit apapun, ia juga mempunyai harapan untuk Shivers.

Semoga Shivers selalu bersamanya dan menjaga nama baiknya.

###

 

Bright sunshine at blue sky.. Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea